Thursday, July 10, 2014

Curcol Buat Para Warga Jakarta

Serius. Kali ini gw bener-bener gatel buat nulis apa yang di pikiran gw, khususnya tentang warga DKI yang kerjanya ngritik pemerintah daerah terus. Pertama, soal banjir. Baru hujan sebentar, sebagian Jakarta udah banjir. Terus bermunculan update status/tweet yang kesannya "mulia" banget, menagih janji Gubernur/Wagub (dalam hal ini gw sebut aja Pemda DKI) yang saat kampanye kemaren bilang bakal ngelarin masalah ini. Gw sebagai warga DKI dari lahir, tinggal dan besar di Jakarta Utara (khususnya daerah Tanjung Priok), kerja di Sunter, dan keluarga di Kelapa Gading, udah melihat dengan mata kepala sendiri dan merasakan tindakan nyata yang dilakukan Pemda DKI khususnya di Jakut dalam hal mengatasi banjir. Mulai dari rutin ngerukin sampah di kali-kali dan Danau Sunter, sampai meningkatnya frekuensi pengambilan sampah di tempat penampungan sampah oleh Sudin Kebersihan. Mungkin memang belum maksimal dan masih banyak tindakan lain yang bisa dilakukan. Namun setidaknya ini adalah suatu perubahan. Perubahan dari ignorance Pemda DKI sebelum-sebelumnya yang berlangsung selama bertahun-tahun lamanya, yang nyaris tak terlihat oleh mata. Ayo dong jadi manusia yang cerdas dan peduli dengan cara turut berperan aktif dalam membangun dan memperbaiki kota Jakarta. Mulai dari memiliki budaya buang sampah di tempatnya. Jangan ragu-ragu negor temen atau orang yang buang sampah sembarangan. Kota ini ngga akan berubah selama warganya cuek bebek masa bodo. Gw pernah denger 1 statement di acara TV bahwa mayoritas warga Jakarta merupakan pendatang, yang menjadikan Jakarta hanyalah tempat untuk mencari uang. Tidak ada rasa memiliki, rasa peduli terhadap kota ini. Mau kotanya jorok kek, banjir kek, kotor kek.. "bukan urusan gw, tp urusan Pemda." Well, pola pikir kaya gini yang bikin kita selamanya ketinggalan dari bangsa lain. So, sebelom lo nyalah2in Pemda kerjanya ga bener, ngurus banjir aja ga bisa, please oh please ngaca dulu ke diri sendiri. Sudahkan anda buang sampah di tempatnya? Sudahkan anda mengajarkan keluarga/ teman2/ lingkungan terdekat anda/ bahkan orang asing untuk buang sampah di tempatnya? Jika sudah, seluruh jempol gw buat loe. Tapi apakah orang lain juga sudah melakukan hal yang sama? Ini tugas warga-warga cerdas untuk mulai dan terus mengampanyekan Jakarta yang bersih. Jangan biarin kota kita dibikin kotor sama pendatang-pendatang or tamu-tamu tak bertanggungjawab. Udah bukan jamannya lagi masa bodo, atau beranggapan "ngapain gw buang sampah di tempatnya? toh orang laen juga buangnya sembarangan".. if you still think like that, I pity you dear friends. I do pity you.

Terus soal kemacetan. Ngomongin soal kemacetan di Jakarta bakal menggurita bahasannya. Mulai dari keengganan orang naik transportasi publik karena tidak memadainya kondisi bis/angkot di Jakarta, sampai soal jumlah volume kendaraan yang terus bertambah tanpa ada penambahan ruas jalan/jalan alternatif untuk mengurai kemacetan. Okelah semua itu faktor eksternal, percayakan pada ahlinya.
Yang mau gw bahas disini adalah soal internal. Soal disiplin diri. Sudahkan kita, sebagai pengguna jalan baik pejalan kaki, pemotor, pengemudi mobil, penumpang angkutan umum, sudah mendisiplinkan diri masing-masing? Nyatanya, masih banyak pejalan kaki nyebrang seenaknya, padahal tuh jembatan penyeberangan ada disebelahnya, tapi masih aja nyebrang lewat bawah bikin lalu lintas tersendat. Nyatanya masih banyak pemotor yang suka lawan arah, nerobos lampu merah, dan ngga mau ngalah saat terjadinya stuck di jalan (nyempil terus, jangan kasih jalan). Nyatanya, masih banyak mobil yang make jalur busway dan muter balik di tempat yang ga seharusnya. Selama kita belum mampu menertibkan diri sendiri, usaha pemerintah bagaikan bertepuk sebelah tangan (namanya bukan tepuk tangan, tapi kipas-kipas). 
Awal tahun ini gw trip ke HongKong. Kota yang begitu padat dan sibuk (nyaris mirip Jakarta) hanya bedanya ngga pernah gw liat macet! Ternyata, selain disupport oleh MTR (disana MRT namanya MTR) yang merupakan pilihan sarana transportasi utama disana, super duper jarang gw liat motor berkeliaran di jalan. Semua orang juga tertib banget kalo nyebrang, dan pada tempatnya. Selama disana gw ngebatin terus, ini kapan Jakarta tercinta bisa kaya gini yah?.. hopefully kalo MRT dah kelar dan running well mungkin baru terasa perubahannya.

So kali ini gw menyatakan kecaman keras terhadap mereka-mereka para munafik, yang bisanya cuma mengkritik pemda DKI tanpa dirinya sendiri berkontribusi nyata dalam membangun Jakarta yang lebih baik. Yang kerap berkomentar pedas, tapi bayar pajak aja engga. Yang gemar ngoceh ngeluh, tapi menertibkan diri sendiri aja masih ngga mampu.Yang paling parah adalah, mereka yang bukan warga Jakarta, yang belom ngerasain mudahnya ngurus2 surat dan perubahan birokrasi yang ada, yang belom nyicipin nyamannya Kartu Jakarta Sehat, tapi berlagak seperti "pembela" Jakarta dan tau persis permasalahan kota ini. 

Kesimpulannya, ga usah banyak ngoceh. Jangan NATO No.Action.Talk.Only.
Baru kali ini, selama lebih dari 30 tahun gw lahir dan dibesarkan, ditempa oleh kerasnya ibukota (ciee drama benerr..) gw ngerasain yang namanya pemerintah DKI bener2 kerja. Baru kali ini gw ngerasa ga sia-sia bayar pajak, karena gw mulai menaruh harapan bahwa Pemda yang sekarang diisi oleh orang2 berintegritas, dan bukan maling uang rakyat. 

Perubahan itu dimulai dari diri sendiri.

No comments: